Kepedihan adalah hal yang kebanyakan orang sesali, jauhi, hingga lupakan. Namun tidak begitu dalam keluargaku. Keluargaku terdiri dari ayah, mamah, adikku, dan aku. Aku bernama Jeremia seorang anak yang duduk dibangku kuliah sekarang. Dari SD hingga SMP aku adalah pribadi yang malas dan suka sekali bermain. Tetapi setelah banyak kejadian terjadi, kepribadianku mulai berubah sejak aku ada di bangku SMA. Keluarga, khususnya orang tua merupakan cerminan dari Tuhan, begitu kata kebanyakan orang. Namun, bagiku keluarga adalah sebuah hadiah terindah yang dianugrahi Tuhan untukku. Keluargaku bukanlah keluarga yang kaya dalam segi materi tapi tidak juga kekurangan,tapi yang terpenting keluargaku kaya akan pengalaman dan tau artinya bahagia meskipun sederhana. Saat aku tumbuh di usiaku yang ke-14 di dalam ruangan kecil yang berantakan dan ada dua buah sofa, aku sedang duduk dengan ayahku yang baru saja selesai mengerjakan pekerjaanya dan terlihat cukup lelah. Ketika itu terlintas dibenakku bahwa ternyata menjadi orang dewasa itu melelahkan dan akupun bertanya kepada ayah “Yah apakah menjadi seorang ayah itu melelahkan ?”, aku sangat terkejut mendengar jawaban ayahku yang menjawab dengan lantang “Iya jer melelahkan”. Kemudian aku bergegas langsung bertanya “lalu, apakah ayah menyesal menjadi seorang ayah?”, begitu ujarku dengan segala kepolosanku saat itu. Mendadak suasana ruangan menjadi hening, hujan pun mulai turun menambah suasana tegang yang ada di ruangan kecil tempat kita berdua berbincang. Dengan tersenyum ayahku menjawab “ayah ga pernah nyesel jer, karena kamu harus tau, melihat setiap anak-anak ayah bisa tersenyum bahagia itu adalah kebahagiaan yang tak terukur untuk ayah”. Bersamaan dengan jawaban itu aku menitikan air mata dan sadar betapa dalamnya kasih sayang ayah kepadaku. Setelah mendengar jawaban itu, aku bergegas beranjak ke kamarku, ruangan persegi yang gelap tanpa lampu dengan satu ranjang dan sebuah televisi didalamnya. Disitu aku menyalakan televisi lalu menangis, merenungkan setiap jawaban yang keluar dari mulut ayahku. Setelah tangisan itu aku kembali ke ruangan kecil tempat ayahku menghilangkan lelah. Lalu aku duduk disamping ayahku dan kemudian ayah menceritakan pengalaman hidupnya mulai dari kecil saat ayahku tidak memiliki apa-apa dan tinggal dibalik bilik kumuh yang sangat tidak layak. Ia menceritakan setiap perjuangan kehidupannya dari mulai ia pernah menjaga pemakaman di malam hari, mencari paku di selokan, bahkan sudah bekerja menjadi tukang panggul, semua itu demi mencukupi kebutuhan adik-adiknya serta orang tuanya. Mendengar cerita itu aku termenung menatap indah ayahku sambil tersenyum dan berkata di hati bahwa “ternyata aku memiliki ayah terbaik yang ada di dunia ini”. Setelah hari itu pandanganku akan dunia ini mulai berubah serta tekad kuatku sudah kutetapkan untuk masa depan. Malaikat lainnya ialah wanita dengan parasnya yang cantik, lembut tapi tegas, dan perhatiannya yang selalu aku rindukan, ya aku sebut malaikat itu dengan panggilan ‘Mama’. Dari sejak aku kecil mama adalah sosok yang selalu membimbingku dan mengajari aku baik itu membaca ataupun berhitung, tak pernah ku dengar sekalipun lelah itu terucap dari mulutnya maupun raut atau gekstur tubuhnya. Di suatu malam gelap tanpa bintang ditemani semilir angin dan rintikan hujan yang menderu, di saat usiaku 13 tahun aku membuat sosok malaikat cantik itu menangis karena aku mengecewakannya dengan tingkah konyolku yang membangkang dan tak tahu diri, sering sekali aku dimarahi olehnya. Namun, malam itu merupakan malam terburuk dalam hidupku tak pernah kulihat sosok malaikat yang selalu melindungiku menjadi sosok pemurung yang terus menangis senada dengan hujan deras di langit hitam ini. Disaat itu dibalik pintu kayu coklat ditemani rintikan hujan dan keheningan yang disertai tangisan kecewa malam itu aku merasa menjadi sosok remaja paling tak berguna dan tak layak untuk hidup. Setiap aku merenung yang aku dapati adalah rasa bersalah dan akupun menyesal tak terasa tangisan yang aku keluarkan membuat aku tertidur di balik pintu coklat ditemani dinginnya malam. Pada senja esok hari ditemani mentari dan embun yang menitik hangat dari dedaunan. Saat itulah aku terbangun dan sadar bahwa aku sudah ada di ranjangku yang gelap tanpa lampu, dengan bingung aku melihat sekelilingku sambil berharap bahwa semalam adalah mimpi buruk yang tak mungkin pernah terjadi dalam kehidupanku, ternyata terlihat jelas sosok mama sedang tertidur disebelahku terlihat pucat dan lelah. Sadarlah aku ternyata semalam bukanlah mimpi buruk, tetapi kenyataan yang tak bisa aku pungkiri. Saat mama mulai membuka mata disitu aku takut dan aku benar-benar tak bisa lagi melihat tatapan penuh kekecewaan itu. Tetapi mengejutkan diruangan gelap itu mama memberikan senyuman kepadaku dan berkata “tidak apa-apa jer semuanya sudah berlalu, mama harap kedepannya kamu ga usah kaya gitu lagi, berubah ya udah gede kamu teh”, begitu manis ucapnya. Disitu senyum lebarku tak tertahan lagi disertai haru tiada tara dan sejak saat itupun aku mengerti bahwa mama adalah sosok malaikat yang bisa selalu membuat aku menjadi lebih baik lagi. Setelah banyak hal yang aku, adikku, mama, dan ayah lalui kami semakin mengerti arti sebuah keluarga dan perjuangan. Sejak saat itu pun di ruangan gelap dengan ukuran yang tidak terlalu besar kami berempat mulai rajin bersekutu kepada Tuhan Yesus ditemani lembaran kertas berisikan Firman Tuhan, dan darisitu kami semua tahu bahwa keluarga adalah wujud dari kasih agape Yesus Kristus dan mulai darisitu kami memutuskan untuk selalu melangkah mendekat hingga mendekat menjadi keluarga yang selalu harmonis sebagai cerminan dari Tuhan Yesus Kristus. Kita sebagai anak adalah kebanggan bagi orang tua kita serta titipan dari Tuhan. Oleh karena itu, bahagiakanlah kedua orangtuamu karena bagi mereka kamu adalah kebanggaan untuknya. Selalu doakanlah kerukunan dalam keluargamu dan berjuanglah untuk kehidupanmu dengan selalu belajar dengan giat tanpa lelah tanpa menyerah, itu adalah bagianmu dalam keluarga .
Jeremia Yusak Lestari
Tulis Komentar
Bacaan : Titus 2:1-6 dan Efesus 4:29 Keluarga adalah unit terkecil dalam suatu masyarakat. Sebagai unit terkecil, keluarga memiliki posisi yang strategis dan menentukan sejahtera tidaknya sebuah masyarakat. Bila sebuah keluarga sehat, maka masyarakat juga akan menjadi sejahtera. Bila sebuah masyarakat sejahtera, maka bangsa juga ikut sejahtera. Hidup dengan penuh hikmat Pergunakan waktu yang ada Mengucapkan kata-kata yang membangun Marilah dengan hidup bijaksana, mempergunakan waktu dengan baik, dan mengucapkan kata-kata yang membangun, kita sebagai keluarga-keluarga kepunyaan Allah menebarkan berkat kepada orang di sekitar kita. Maka hidup kitapun akan semakin melimpah dengan anugerah Tuhan. Tuhan Yesus memberkati "ditulis oleh Raymond Vierri" “Beri aku sepuluh pemuda maka akan ku gucangkan dunia”, itulah perkataan founding father Presiden Pertama Indonesia yang menegaskan betapa pentingnya peran pemuda dalam kemajuan bangsa dan Negara. Baik buruknya suatu Negara dilihat dari kualitas pemudanya, karena generasi muda adalah penerus dan pewaris bangsa dan Negara. Generasi muda harus mempunyai karakter yang kuat untuk membangun bangsa dan negaranya, memiliki kepribadian tinggi, semangat nasionalisme, berjiwa saing, mampu memahami pengetahuan dan teknologi untuk bersaing secara global. Pemuda juga perlu memperhatikan bahwa mereka mempunyai fungsi sebagai Agent of change, moral force and social control sehingga fungsi tersebut dapat berguna bagi masyarakat. Dalam sejarah pergerakan dan perjuangan bangsa Indonesia, pemuda selalu mempunyai peran yang sangat strategis di setiap peristiwa penting yang terjadi. Ketika memperebutkan kemerdekaan dari penjajah belanda dan jepang kala itu, ketika menjatuhkan rezim Soekarno (orde lama), hingga kembali menjatuhkan rezim Soeharto (oerde baru), pemuda menjadi tulang punggung bagi setiap pergerakan perubahan ketika masa tersebut tidak sesuai dengan keinginan rakyat. Pemuda akan selalu menjadi People make history (orang yang membuat sejarah) di setiap waktunya. Pemuda memang mempunyai posisi strategis dan istimewa. Secara kualitatif, pemuda lebih kreatif, inovatif, memiliki idealisme yang murni dan energi besar dalam perubahan sosial dan secara kuantitatif, sekitar 30-40% pemuda dari total jumlah penduduk Indonesia dalam kisaran umur 15-35 tahun akan lebih besar lagi jika kisaran menjadi 15-45 tahun. Saya melihat bahwa pemuda akan lebih bersifat kreatif untuk melakukan pergerakan ketika kondisi atau suasana di sekitarnya mengalami kerumitan, terdapat banyak masalah yang dihadapi yang tidak kunjung terselesaikan. Di satu sisi, ketika suasana di sekitarnya terlihat aman dan tentram tidak ada masalah serius yang dihadapi, pemuda akan cenderung diam/pasif, tidak banyak berbuat, lebih apatis, dan mempertahankan kenyamanan yang dirasakan. Padahal baik dalam kondisi banyak permasalahan ataupun kondisi tanpa masalah serius, pemuda dituntut lebih banyak bergerak dalam membuat perubahan yang lebih baik, lebih produktif dan lebih kreatif dalam memikirkan ide-ide perubahan untuk bangsa yang lebih baik. Saya melihat kondisi pemuda Indonesia saat ini, mengalami degradasi moral, terlena dengan kesenangan dan lupa akan tanggung jawab sebagai seorang pemuda. Tataran moral, sosial dan akademik, pemuda tidak lagi memberi contoh dan keteladanan baik kepada masyarakat sebagai kaum terpelajar, lebih banyak yang berorientasi pada hedonisme (berhura-hura), tidak banyak pemuda yang peka terhadap kondisi sosial masyarakat saat ini, dalam urusan akademik pun banyak mahasiswa tidak menyadari bahwa mereka adalah insan akademis yang dapat memberikan pengaruh besar dalam perubahan menuju kemajuan bangsa.
Ditulis oleh : Magdalena Rantisari Gumilar
Galatia 5 : 22-23 Tetapi buah Roh ialah : kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Banyak orang-orang yang bersifat egois/ individualisme terhadap sesamanya, mereka ingin mendahulukan kepentingannya sendiri, tanpa memikirkan kepentingan orang lain juga. Banyak orang juga yang tidak memiliki kasih dalam dirinya, banyak terdengar di televisi berita-berita tentang kejahatan, seperti : pembunuhan, pencurian, dan tindak kekerasan lainnya. Dengan banyaknya kejahatan, damai sejahtera dalam diri kita pun berkurang, karena cenderung kita takut akan hal tersebut. Kemurahan, kebaikan, dan kelemahlembutan pun jarang kita temukan dalam diri orang-orang disekitar kita. Kita juga cenderung ingin sesuatu yang bersifat instan, kesabaran dalam diri kita pun berkurang, banyak dari kita yang mengeluh jika mempunyai masalah dalam hidupnya. Kita juga cenderung tidak mau bersusah payah memikirkan jalan keluar untuk penyelesaian masalah dalam diri kita. Padahal saat itu, Tuhan sedang menguji kita dengan permasalahan yang kita alami. Kita juga cenderung lebih suka hal-hal yang bersifat jahat dibandingkan hal-hal yang bersifat baik, seperti : lebih suka menyontek saat ulangan, dibanding bersusah payah belajar semalaman untuk ulangan. Dengan timbulnya kejahatan juga, cenderung kita ikut-ikutan hal-hal jahat tersebut. Penguasaan diri kita pun goyah karena hal tersebut. Tuhan mau supaya kita memiliki buah-buah Roh dalam diri kita. Tuhan ingin kita memiliki kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri dalam diri kita. Terutama Tuhan ingin supaya kita dapat menghadapi pergumulan yang kita alami dengan penuh kesabaran. Seharusnya kita menghadapi permasalahan yang ada dengan sabar, bukan hanya mengeluh saja, tetapi tidak mau berpikir dan bertindak untuk menyelesaikan pergumulan/permasalahan yang ada dalam diri kita. Oleh sebab itu kita harus mempunyai kesabaran dalam diri kita, walaupun permasalahan yang kita hadapi itu besar dan sulit diselesaikan, dan janganlah kita selalu mengeluh dan bersungut-sungut, tetapi kita harus berusaha menjalankannya terlebih dahulu dengan sukacita. Dimulai dari gelap alam ini Bara tekad muncul dalam hati Ku ragu untuk mewarnai gelap ini Tapi kekuatan hati menggerakan sepasang kaki Sorak sorai pembakar semangat Cengraman kaki yang semakin kuat Aku tak tau apa yang akan terjadi Namun rintangan tetap kuhadapi Oh sang pencipta langit dan bumi Apa yang telah kau siapkan untuk diriku sendiri Apa makna dari segudang tekad didalam hati Terus melangkah tapi tak bisa berlari Lelahku tak lagi terasa Namun mulut terus berdoa Apakah ini yang kau siapkan Tuhan? Tiupan angin yang menusuk ku serta hamparan awan yang berlari Aku tak ingat apa yang tlah terjadi namun kurasa dekat dengan sang ilahi Puisi tersebut dibuat ketika perjalanan menuju puncak Gunung Gede Pangrango. Setia pada proses, ikuti segala prosesnya nikmati hasilnya. -Samuel Ritz Tawang- |
PenulisHPK Foundation. Mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Arsip
September 2023
Kategori |