Terdapat beragam jenis perasaan yang dapat dihayati oleh manusia. Di antaranya adalah merasa cemas dan khawatir. Banyak orang akan setuju bahwa keduanya merupakan jenis perasaan yang tidak mengenakan. Gelisah, was-was, sulit untuk beristirahat dan pikiran yang semerawut atau terpaku pada sumber kecemasannya merupakan beberapa gejalanya yang umum. Pada dasarnya perasaan tersebut muncul ketika seseorang sedang merasa kehilangan kendali atas hidupnya atau merasa bahwa masa depannya dilanda ketidakpastian. Berbeda dengan rasa takut yang objek ketakutannya nyata dan jelas, kecemasan dan kekhawatiran dapat muncul hanya dari pemikiran belaka. Padahal kita mengetahui bahwa Tuhan mengasihi kita dan tidak akan membiarkan kita tersesat dan terombang-ambing dalam pusaran kehidupan. Seperti tertulis pada Matius 6:25-26, “Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?” Melalui ayat tersebut kita diajarkan supaya tidak khawatir terhadap apapun juga, kekhawatiran kita tidak akan menambah sehasta saja pada jalan hidup kita. Khawatir atau tidak, hidup kita akan sama saja. Malah, dengan kita khawatir itu sama saja kita tidak percaya kepada Allah. Padahal, burung-burung yang tidak memanen padi, tidak bekerja, dan tidak bersusahpayah pun dipelihara oleh-Nya, apalagi kita yang sangat dikasihi-Nya. Oleh karena itu, setiap kali kita merasa cemas ataupun khawatir— serahkanlah seluruh hidupmu di tangan-Nya dan seketika itu pula lah ketidakpastian akan sirna dan Ia akan menunjukkan jalan bagimu.
Tulis Komentar
Easter did happen, and because of that, we can place our trust in God’s promises. Jesus overcame death and established Himself as having authority over all things. That means, when Jesus makes a promise, we can believe Him (2 Corinthians 1:20). His promises are “And we know that in all things God works for the good of those who love him, who have been called according to his purpose” (Romans 8:28) “Keep your lives free from the love of money and be content with what you have, because God has said, never will I leave you; never will I forsake you.” Hebrews 13:5 “Ask and it will be given to you; seek and you will find; knock and the door will be opened to you. For everyone who asks receives; the one who seeks finds; and to the one who knocks, the door will be opened” (Matthew 7:7-8). This is the best time for us to pray, have hope, trust and faith in Him, so we can do our best in life. Happy Easter! Pengorbanan Kristus adalah pengorbanan termulia bagi kita. Kita tak akan mungkin bisa membalas kasih-Nya yang luar biasa. Namun satu hal yang bisa kita lakukan, ajarlah anak-anak untuk mengenal dan mengasihi Tuhan sejak kecil, sedini mungkin. Biarlah mereka terus bertumbuh dewasa dengan semakin mengenal, mengasihi, dan melayani Tuhan. Jika anak-anak dipenuhi dengan pengenalan dan kasih pada Tuhan, maka hidup mereka akan selalu diberkati dan dipenuhi sukacita, damai sejahtera, kasih, dan keberhasilan. Selamat memperingati hari Jumat Agung dari HPK Foundation. Let's love HIM, know HIM more, serve HIM, and never forget HIS amazong love. Teach children to grow up loving HIM. Everyone want to be successful in their life. The success that usually associated with financial freedom. My mom once said, “A success definition is when people around you know that you already have much money.” Is she right? Does success mean that we don’t have to worry about our financial level anymore? She may be right. In her point of view, she’s right. Maybe it’s her friend talk about their son who already works in a multinational company that made her seen that successful people is the one with all the money. Then, what is the relation between money and happiness? “Money can’t buy happiness, but neither can poverty.” -Leo Rosten I don’t know who Leo Rosten is, I looked up his quotes on Google. But he has a point. The point is our financial condition doesn’t relate to our happiness. Then where are the happiness comes from? Is it comes from our success? According to what my mom said about success, it can’t be the reason why we feel happy. If our success only means that we have a huge amount of money, we won’t feel happy. But if we think that success means to achieve high target by doing what we have passionate about, It may be a different story. In my opinion, to achieve success, the target of doing what we passionate about has to be high. At least, high enough to inspire us to keep doing what we have passionate about. Passion is like a small eternal flame in our heart. It won’t be extinguished but can be weakened. It can be weak enough so that we can’t feel it anymore. To makes us feel the heat again, it needs oxygen to get stronger. High target is like the oxygen for our fire. It keeps our passion burned. If someone says that passion is a fuel to our life, then high target is a fuel to our fuel to our life. Yeah, it’s complex. Then, does it mean that success can bring happiness? I can answer it with a yes or a no. According to what does success means to you. If you believe in what my mom believe, I can guarantee you that being successful won’t make you happy. But if you do what you love to achieve your high target, your journey to success will make your life happier. Because happiness is a journey, not a target.
Komunikasi adalah kunci menjalin hubungan sosial dengan sesama. Entah itu dengan orang tua, keluarga, guru, teman, dan lainnya-menjaga tutur kata kita tetap sesuai pada konteksnya sangatlah penting. Mungkin ada di antara teman-teman yang pernah mendapatkan reaksi negatif dari orang lain karena salah berucap, atau mungkin juga sebaliknya. Memang menjaga perkataan itu merupakan sesuatu yang sulit, karena kita tidak selalu mengetahui kapankah kata-kata yang kita ucapkan dalam kesempatan tertentu akan menyinggung orang lain atau tidak. Dalam alkitab Yakobus menjelaskan bagaimana ucapan yang sembrono dapat mengakibatkan kerusakan besar. Satu kata yang salah diucapkan dapat menghancurkan karier atau hidup seseorang. Begitu mematikannya lidah sehingga Yakobus menulis, “Tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan” (Yakobus 3:8). Bahkan Raja Daud mengaitkan penghormatan kepada Tuhan dengan cara kita berkata-kata. Ia menulis, “Takut akan Tuhan akan kuajarkan kepadamu! . . . Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu” (Mazmur 34:12,14). Ia pun bertekad, “Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan kekang”(Mzm. 39:2). Terlebih lagi di zaman modern ini, potensi masalahnya semakin meningkat karena kecerobohan dalam menulis e-mail atau pesan di media sosial dapat menimbulkan masalah besar. Pesan itu dapat tersebar luas dengan begitu cepat dan tidak selalu bisa ditarik kembali. Mungkin kita seringkali mendapati ada kasus-kasus di mana seseorang salah berucap, kemudian mendadak menjadi viral di internet. Sungguh kejadian seperti itu dapat berdampak sangat besar terhadap kehidupan seseorang. Itu sebabnya, sebisa mungkin kita dapat menjaga tutur kata kita dan mintalah kepada Tuhan agar senantiasa dapat menjaga relasi yang baik dengan sesama. |
PenulisHPK Foundation. Mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Arsip
March 2024
Kategori |