Suatu ketika di saat aku dan adik ku yang bernama Elin pergi kesuatu tempat terpencil di kota ku aku melihat sebuah gubuk kecil di pinggir sungai disana aku melihat seorang kakek dan nenek beserta 1 cucunya. Aku mencoba menghampiri dia, lalu aku menyapanya, selamat sore kakek, kakek itu menjawab nya "selamat sore dik, ada yang bisa kakek bantu?" Oh tidak kakek, cukup saya kesini hanya ingin merasakan saja suasana desa yang sangat indah dan sejuk ini bersama adik saya (jawab aku). Lalu aku pun berbicara panjang lebar dengan kakek. "Wussssssssssshhhhh suara angin yang begitu besar disertai gemercik air sungai menambah sejuk hati siapapun yang ada di tempat itu" Aku dan Elin berkeliling keliling di desa yang indah itu. Tapi setibanya aku dan elin ke belakang rumah kakek aku melihat pemandangan yang begitu menyayat hati, rumah belakang kakek roboh dan baru di perbaiki setengahnya, dan juga banyak tumpukan sampah. Aku bertanya kepada kakek "apakah kakek nyaman berada di tempat seperti ini? Mengapa kakek tidak memperbaikinya?" Lalu kakek menjawab apapun itu kita harus menysukurinya dek, kakek berusaha untuk memperbaikinya dengan menjual barang rongsok jadi sampah itu bukan sampah namun tumpukan rongsok yang akan kakek jual. "ohh begitu ya kek, yasudah aku dan Elin pamit pulang dulu " jawab aku. *setibanya kami dirumah kami langsung menjumpai kedua orang tua kami, kami bercerita banyak tentang apa yang terjadi dan kami lihat tadi. Keluarga kami bisa di sebut keluarga yang harmonis jarang sekali keluarga kami mengalami bentrok kecil atau perbedaan pendapat. Ayah dan ibu ku sangat baik dan perhatian segala minat dan bakat ku terus didukung oleh nya selama itu positif. Suatu hari ketika kami makan bersama di ruang keluarga hal yang sama yang selalu aku dan Elin rasakan yaitu kehangatan yang sulit di temukan diluar sana. Aku bertanya kepada ayah ku "ayah, setiap kali aku keluar sana aku selalu merasa kasian dengan mereka mereka yang mengalami keterpurukan dalam hidup, apakah ayah merasakan hal yang sama?" ayah pun menjawab "ya ayah pun merasakan nya karna kehidupan ayah dahulu seperti itu aya tetap berusaha, ayah tetap bekerja dengan harapan ya apa yang ada sekarang, ini sudah lebih dari cukup dari yang ayah harapkan." Jadi? Ayah pun pernah merasakannya? Apakah boleh sekarang kita memberi dan membagikan sedikit kebahagiaan kita kepada orang lain? Jawab aku "ya tentu saja boleh silahkan kamu yang mengatur nya, anak ayah gituloh hehehe pasti bisa kan? " sahut ayah. 2 minggu kemudian saya kembali kedesa tersebut dan mencari cari kakek yang ada di gubuk dekat sungai itu, gubuk nya telah kosong tidak ada isinya sama sekali, dan disitu aku bertemu dengan warga setempat dan warga itu mengatakan" dik mencari kakek pemilik gubuk ini? Bila iya kakek sudah beberapa hari lalu pergi ke kota, karna sebelumnya nenek/istri kakek tersebut meninggal dunia. Aku pun terdiam dan sedikit sedih mendengar nya, lalu aku menjawab" Oh jadi seperti itu? Terimakasih banyak atas informasinya. Lalu aku pergi pulang. Di perjalanan macet sekali, dan aku terus memikirkan kakek di desa itu merasa bersalah karna belum sempat membantu meringankan beban nya. Sesampai nya di depan rumah satpam membuka gerbang, dan aku langsung menuju ke kamar. Aku berifikir kemana lagi aku harus membagikan sedikit rezeki keluarga ku ini? Keesokan harinya setelah selesai sarapan aku bersama keluarga ku pergi keluar untuk berlibur ke pantai terdekat, suasana disana tak kalah indah nya dengan desa tempat kakek itu. Deburan ombak yang menghantam batu kurang serta kicauan burung terus mewarnai suasana laut yang indah. Aku bersama ayah ibu dan Elin berjalan jalan di tepi pantai dan bermain pasir bersama, tak lama kemudian ayah mengajak istirahat sejenak untuk makan siang. Setelah sampai ke tempat istirahat HP ayah berbunyi, satpam yang menelepon nya. Permisi pak, disini ada 2 orang yang ingin bekerja di rumah ini. (kata satpam) Oh ya, kebetulan saya sedang membutuhkan pekerja dirumah, Bila mau menunggu silahkan kalau tidak suruh mereka datang besok pagi. (jawab ayah) "baik pak" sahut satpam itu. Malam hari kami sekeluarga pulang kerumah, setelah di buka pintu Gerbang hal yang tak pernah terduga ternyata, terjadi dalam hidup aku. Aku bertemu dengan kakek dan cucunya itu, lalu aku turun dari kendaraan dan bertanya mengapa kakek ada disini? Apakah kakek mengetahui tempat tinggal ku? (tanya aku) Lalu kakek menjawab "jadi ini rumah mu? Besar juga yah, kakek kesini ingin melamar kerja di tempat ini untuk mencukupi kehidupan kakek. Setelah itu aku mengajak ayah berbicara panjang di dalam rumah, sedangkan kakek sedang di ajak berkeliling keliling di rumah oleh Elin. Setelah selesai berbicara ayah langsung menemui kakek tersebut, dan berkata "kakek jangan bekerja disini, setelah saya mendengar cerita anak saya" Mengapa pak? Apa ada yang salah? (jawab kakek). "Tidak, hanya saja saya ingin berbuat lebih untuk kakek, saya akan merenovasi rumah kakek, dan memberikan sedikit modal untuk kakek berkebun atau berternak" kata ayah. Oh tidak usah pak lebih baik saya dan cucu saya bekerja disini (jawab kakek). Lalu ayah menjawab nya Lagi "ini permintaan anak saya, dan kapanpun kakek dan cucu kakek boleh bermain kesini karna sejak pertama anak saya bertemu dengan kakek, dia sangat merindukan sosok kakek dan nenek nya yang sudah lama meninggal dunia. Baiklah kalau begitu, dengan senang hati kakek menerima semuanya, terimakasih pak, terimakasih nak, semoga segala kebaikan kalian tuhan membahas nya berlipat kali ganda amin. "Sahut kakek Lalu aku pun memeluk erat kakek, dan beberapa bulan kemudian rumah kakek sudah selesai di renovasi dan kakek memutuskan untuk berkebun di dekat rumah nya. (kedua orang tua, telah membesarkan kita dengan segala sesuatu yang di berikan nya. Kita dibesarkan dengan ajaran ajaran baik dan yakinlah Keluarga takkan pernah hilang walaupun sudah terpisah jiwa dan raganya, Tuhan memiliki cara untuk mempertemukan kita dan keluarga).
Keluarga Aku tau Aku dapat merasakan nya Sebuah kehangatan yang slalu menyelimuti aku Adalah keluarga Disaat aku tersesat Aku jatuh dan tak berguna Aku takut Namun disitu slalu ada keluarga Ayah, ibu kau adalah Pelita Kau adalah sesuatu yang indah yang ada dalam hidup ku Tetaplah menjadi sesuatu yang indah melebihi bunga bunga Yang slalu mampu mendidik aku
Samuel Ritz Tawaang SMK Mardi Yuana Cianjur
Tulis Komentar
Salah satu siswa kami, Jeremia mengikuti Bakti Sosial Supercamp Universitas Padjadjaran dengan tujuan untuk melakukan screening kepada masyarakat terkait prevalensi dari penyakit dan memberikan tindakan pertama kepada masyarakat yang terjangkit penyakit. Melalui kegiatan ini saya mendapatkan banyak upgraiding dan soft skills seperti community leader dan bagaimana cara berkomunikasi kepada masyarakat sampai saya tahu bahwa dokter adalah pekerjaan yang mulia sehingga banyak orang membutuhkan dan lewat hal ini juga kita sebagai pengikut Kristus dapat menyalurkan kasih yang menjadi teladan dari Kristus. Renungan Bacaan diambil dari : Roma 15 : 7 : "Sebab itu terimalah satu sama lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah." Keluarga Ketika masih kecil, saya pernah bertengkar dengan kakak saya. Hingga beberapa hari kami bahkan tidak menyapa satu dengan yang lain. Kami bertengkar hanya karena merebutkan sebuah remot TV. Namun, saya masih ingat bahwa ayah saya menasihati saya, "apa pun kesalahannya, ia adalah saudaramu. Suka atau tidak suka, ia tetap saudaramu. Mau sampai kapan kalian bertengkar?" Ayah mengajarkan kepada kami untuk dapat menerima saudara kami. Kami harus saling mengasihi, saling mengampuni, dan saling mengingatkan karena kami adalah saudara. Kita juga satu keluarga di dalam Kristus. Keluarga adalah anugerah yang Tuhan berikan kepada manusia. Paulus pun menasihati jemaat di Roma agar dapat menerima satu sama lain seperti Kristus juga telah menerima kita dengan segala kekurangan kita. Kita juga harus meneladani Kristus. Dalam berhubungan dengan saudara seiman, kita juga sering mendapatkan masalah karena berbagai perbedaan seperti perbedaan pendapat, kesalahpahaman dan lain-lain. Ketika hal itu terjadi seharusnya kita ingat bahwa bagaimana pun juga mereka adalah saudara kita dalam keluarga Allah. Jangan menjauhi mereka, sebaliknya kita harus menerima, mengasahi dan mengampuni mereka seperti Kristus telah mengampuni kita, orang berdosa dan telah mengasihi kita. Ketika kita saling mengasihi dunia akan melihat bahwa kita adalah anak-anak Allah yang Nama-Nya dipermuliakan. Perkenalkan nama saya Maestro Geraldiaz Marbun. Saya anak ke 4 dari 5 bersaudara. saya mempunyai keluarga yang sederhana namun tetap dalam lindungan Yesus Kristus. Kami sekeluarga telah melewati berbagai ujian-ujian hidup. Semua masalah terasa terus berdatangan tiada henti. Terutama ketika bapak saya harus jatuh sakit, kami semua harus sabar menjalaninya. Kadang saya berpikir semua yang terjadi di keluarga saya terasa sangat tidak adil, ketika saya harus melihat bapak saya meringgis kesakitan, melihat kakak saya harus berhenti kuliah dan abang saya putus sekolah hanya untuk menggantikan posisi bapak saya yang mencari nafkah. Namun saya berpikir tiada gunanya saya harus berkeluh kesah, saya lekas ingat Yesus, karna Yesuslah yang sanggup menolong saya ketika saya menghadapi berbagai pergumulan hidup. Saya terus berjuang menggapai cita-cita saya, bersekolah dengan rajin, ikut membantu mamah saya merawat bapak saya yang sedang sakit, setia menjalankan semua perintah Yesus, dan tetap setia mengikut Yesus dalam keadaan sesulit apapun. Sekarang kami sekeluarga menyatukan hati untuk tetap berjuang dan tidak menyerah dalam menghadapi semua masalah yang ada, dan kami sekeluarga tetap setia mengikut Yesus. Kami sekeluarga biasanya mengadakan Doa bersama sekeluarga, dan jika kami mempunyai sedikit Rezeki kami biasanya makan bersama sebagai tanda ucapan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang masih mau menolong keluarga kami. Keluarga memang penting bagi seseorang, adanya keluarga kita dapat berbagi cerita keluh kesah kita, berbagi kebahagiaan, dan bersukacita bersama didalam Tuhan. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan, karna Ia masih memberikan keluarga yang utuh, yang istimewa bagi saya, meski secara materi kami sekeluarga sangat amat sederhana, namun secara rohani Yesus telah memberi kepuasan bagi saya dan keluarga saya. Berkat Yesus saya sekarang bisa bersekolah, kami sekeluarga masih bisa makan, dan sayapun masih diberi waktu untuk melayani Tuhan lebih dalam lagi dengan penuh sukacita. Pada kesempatan kali ini juga saya mengucapkan banyak terimakasih kepada Yayasan HPK Foundation, berkat Yayasan HPK Foundation saya dapat bersekolah dengan baik tanpa harus merasa takut putus sekolah karena tidak mempunyai biaya. Pertolongan ini sangat berpengaruh bagi keluarga saya, yakni meringankan beban kakak dan abang saya untuk menyekolahkan saya. Dan sekali lagi saya dan keluarga saya sangat berterima kasih kepada Yayasan HPK Foundation. Mungkin hanya sekian yang dapat saya sampaikan, kiranya artikel saya ini dapat memotivasi saudara yang membacanya. Pesan saya kali ini " Tetap bersemangat ketika menghadapi masalah dalam keluarga, bawa semuanya dalam Doa bersama Yesus, dan yang terutama tetap setia mengikut Yesus dalam keadaan sesulit apapun. " Tuhan Yesus Memberkati. Kepedihan adalah hal yang kebanyakan orang sesali, jauhi, hingga lupakan. Namun tidak begitu dalam keluargaku. Keluargaku terdiri dari ayah, mamah, adikku, dan aku. Aku bernama Jeremia seorang anak yang duduk dibangku kuliah sekarang. Dari SD hingga SMP aku adalah pribadi yang malas dan suka sekali bermain. Tetapi setelah banyak kejadian terjadi, kepribadianku mulai berubah sejak aku ada di bangku SMA. Keluarga, khususnya orang tua merupakan cerminan dari Tuhan, begitu kata kebanyakan orang. Namun, bagiku keluarga adalah sebuah hadiah terindah yang dianugrahi Tuhan untukku. Keluargaku bukanlah keluarga yang kaya dalam segi materi tapi tidak juga kekurangan,tapi yang terpenting keluargaku kaya akan pengalaman dan tau artinya bahagia meskipun sederhana. Saat aku tumbuh di usiaku yang ke-14 di dalam ruangan kecil yang berantakan dan ada dua buah sofa, aku sedang duduk dengan ayahku yang baru saja selesai mengerjakan pekerjaanya dan terlihat cukup lelah. Ketika itu terlintas dibenakku bahwa ternyata menjadi orang dewasa itu melelahkan dan akupun bertanya kepada ayah “Yah apakah menjadi seorang ayah itu melelahkan ?”, aku sangat terkejut mendengar jawaban ayahku yang menjawab dengan lantang “Iya jer melelahkan”. Kemudian aku bergegas langsung bertanya “lalu, apakah ayah menyesal menjadi seorang ayah?”, begitu ujarku dengan segala kepolosanku saat itu. Mendadak suasana ruangan menjadi hening, hujan pun mulai turun menambah suasana tegang yang ada di ruangan kecil tempat kita berdua berbincang. Dengan tersenyum ayahku menjawab “ayah ga pernah nyesel jer, karena kamu harus tau, melihat setiap anak-anak ayah bisa tersenyum bahagia itu adalah kebahagiaan yang tak terukur untuk ayah”. Bersamaan dengan jawaban itu aku menitikan air mata dan sadar betapa dalamnya kasih sayang ayah kepadaku. Setelah mendengar jawaban itu, aku bergegas beranjak ke kamarku, ruangan persegi yang gelap tanpa lampu dengan satu ranjang dan sebuah televisi didalamnya. Disitu aku menyalakan televisi lalu menangis, merenungkan setiap jawaban yang keluar dari mulut ayahku. Setelah tangisan itu aku kembali ke ruangan kecil tempat ayahku menghilangkan lelah. Lalu aku duduk disamping ayahku dan kemudian ayah menceritakan pengalaman hidupnya mulai dari kecil saat ayahku tidak memiliki apa-apa dan tinggal dibalik bilik kumuh yang sangat tidak layak. Ia menceritakan setiap perjuangan kehidupannya dari mulai ia pernah menjaga pemakaman di malam hari, mencari paku di selokan, bahkan sudah bekerja menjadi tukang panggul, semua itu demi mencukupi kebutuhan adik-adiknya serta orang tuanya. Mendengar cerita itu aku termenung menatap indah ayahku sambil tersenyum dan berkata di hati bahwa “ternyata aku memiliki ayah terbaik yang ada di dunia ini”. Setelah hari itu pandanganku akan dunia ini mulai berubah serta tekad kuatku sudah kutetapkan untuk masa depan. Malaikat lainnya ialah wanita dengan parasnya yang cantik, lembut tapi tegas, dan perhatiannya yang selalu aku rindukan, ya aku sebut malaikat itu dengan panggilan ‘Mama’. Dari sejak aku kecil mama adalah sosok yang selalu membimbingku dan mengajari aku baik itu membaca ataupun berhitung, tak pernah ku dengar sekalipun lelah itu terucap dari mulutnya maupun raut atau gekstur tubuhnya. Di suatu malam gelap tanpa bintang ditemani semilir angin dan rintikan hujan yang menderu, di saat usiaku 13 tahun aku membuat sosok malaikat cantik itu menangis karena aku mengecewakannya dengan tingkah konyolku yang membangkang dan tak tahu diri, sering sekali aku dimarahi olehnya. Namun, malam itu merupakan malam terburuk dalam hidupku tak pernah kulihat sosok malaikat yang selalu melindungiku menjadi sosok pemurung yang terus menangis senada dengan hujan deras di langit hitam ini. Disaat itu dibalik pintu kayu coklat ditemani rintikan hujan dan keheningan yang disertai tangisan kecewa malam itu aku merasa menjadi sosok remaja paling tak berguna dan tak layak untuk hidup. Setiap aku merenung yang aku dapati adalah rasa bersalah dan akupun menyesal tak terasa tangisan yang aku keluarkan membuat aku tertidur di balik pintu coklat ditemani dinginnya malam. Pada senja esok hari ditemani mentari dan embun yang menitik hangat dari dedaunan. Saat itulah aku terbangun dan sadar bahwa aku sudah ada di ranjangku yang gelap tanpa lampu, dengan bingung aku melihat sekelilingku sambil berharap bahwa semalam adalah mimpi buruk yang tak mungkin pernah terjadi dalam kehidupanku, ternyata terlihat jelas sosok mama sedang tertidur disebelahku terlihat pucat dan lelah. Sadarlah aku ternyata semalam bukanlah mimpi buruk, tetapi kenyataan yang tak bisa aku pungkiri. Saat mama mulai membuka mata disitu aku takut dan aku benar-benar tak bisa lagi melihat tatapan penuh kekecewaan itu. Tetapi mengejutkan diruangan gelap itu mama memberikan senyuman kepadaku dan berkata “tidak apa-apa jer semuanya sudah berlalu, mama harap kedepannya kamu ga usah kaya gitu lagi, berubah ya udah gede kamu teh”, begitu manis ucapnya. Disitu senyum lebarku tak tertahan lagi disertai haru tiada tara dan sejak saat itupun aku mengerti bahwa mama adalah sosok malaikat yang bisa selalu membuat aku menjadi lebih baik lagi. Setelah banyak hal yang aku, adikku, mama, dan ayah lalui kami semakin mengerti arti sebuah keluarga dan perjuangan. Sejak saat itu pun di ruangan gelap dengan ukuran yang tidak terlalu besar kami berempat mulai rajin bersekutu kepada Tuhan Yesus ditemani lembaran kertas berisikan Firman Tuhan, dan darisitu kami semua tahu bahwa keluarga adalah wujud dari kasih agape Yesus Kristus dan mulai darisitu kami memutuskan untuk selalu melangkah mendekat hingga mendekat menjadi keluarga yang selalu harmonis sebagai cerminan dari Tuhan Yesus Kristus. Kita sebagai anak adalah kebanggan bagi orang tua kita serta titipan dari Tuhan. Oleh karena itu, bahagiakanlah kedua orangtuamu karena bagi mereka kamu adalah kebanggaan untuknya. Selalu doakanlah kerukunan dalam keluargamu dan berjuanglah untuk kehidupanmu dengan selalu belajar dengan giat tanpa lelah tanpa menyerah, itu adalah bagianmu dalam keluarga .
Jeremia Yusak Lestari |
PenulisHPK Foundation. Mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Arsip
May 2024
Kategori |