Komunikasi adalah kunci menjalin hubungan sosial dengan sesama. Entah itu dengan orang tua, keluarga, guru, teman, dan lainnya-menjaga tutur kata kita tetap sesuai pada konteksnya sangatlah penting. Mungkin ada di antara teman-teman yang pernah mendapatkan reaksi negatif dari orang lain karena salah berucap, atau mungkin juga sebaliknya. Memang menjaga perkataan itu merupakan sesuatu yang sulit, karena kita tidak selalu mengetahui kapankah kata-kata yang kita ucapkan dalam kesempatan tertentu akan menyinggung orang lain atau tidak. Dalam alkitab Yakobus menjelaskan bagaimana ucapan yang sembrono dapat mengakibatkan kerusakan besar. Satu kata yang salah diucapkan dapat menghancurkan karier atau hidup seseorang. Begitu mematikannya lidah sehingga Yakobus menulis, “Tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan” (Yakobus 3:8). Bahkan Raja Daud mengaitkan penghormatan kepada Tuhan dengan cara kita berkata-kata. Ia menulis, “Takut akan Tuhan akan kuajarkan kepadamu! . . . Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu” (Mazmur 34:12,14). Ia pun bertekad, “Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan kekang”(Mzm. 39:2). Terlebih lagi di zaman modern ini, potensi masalahnya semakin meningkat karena kecerobohan dalam menulis e-mail atau pesan di media sosial dapat menimbulkan masalah besar. Pesan itu dapat tersebar luas dengan begitu cepat dan tidak selalu bisa ditarik kembali. Mungkin kita seringkali mendapati ada kasus-kasus di mana seseorang salah berucap, kemudian mendadak menjadi viral di internet. Sungguh kejadian seperti itu dapat berdampak sangat besar terhadap kehidupan seseorang. Itu sebabnya, sebisa mungkin kita dapat menjaga tutur kata kita dan mintalah kepada Tuhan agar senantiasa dapat menjaga relasi yang baik dengan sesama.
Tulis Komentar
|
PenulisHPK Foundation. Mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Arsip
April 2024
Kategori |